About: http://data.cimple.eu/claim-review/18a4b1da9f66dbe57f5a574597d2c550bcc37021c647472ef333e214     Goto   Sponge   NotDistinct   Permalink

An Entity of Type : schema:ClaimReview, within Data Space : data.cimple.eu associated with source document(s)

AttributesValues
rdf:type
http://data.cimple...lizedReviewRating
schema:url
schema:text
  • Sebuah konten beredar di Instagram [arsip] berisi klaim Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa keberhasilan vaksin di Indonesia karena banyak yang tidak tahu dampak negatif vaksin. Konten itu berisi video pendek isi wawancara Budi Gunadi terkait penanganan Covid-19 di Indonesia. Dalam teks yang menerjemahkan pernyataan Budi tersebut, tertulis bahwa Budi mengatakan bahwa orang Indonesia percaya pada vaksin karena tidak terekspos oleh efek negatif vaksin seperti di negara maju. Tapi beberapa dari mereka percaya dengan ajaran agamanya bahwa mereka berdoa kepada tuhan, mereka bisa sembuh dengan menggunakan vaksin. Benarkah Menkes Budi Gunadi menyatakan suksesnya vaksin di Indonesia karena tidak banyak yang tahu dampak negatif dari vaksin? PEMERIKSAAN FAKTA Hasil verifikasi Tempo, video Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tersebut merupakan bagian dari wawancara Menkes dengan Dekan Boston University School of Public Health, Sandro Galea. Video tersebut pernah ditayangkan oleh akun YouTube Boston University School of Public Health pada 8 Oktober 2024 dengan judul “In Conversation with Budi Gunadi Sadikin”. Pada video aslinya, durasi wawancara tersebut mencapai 30 menit 37 detik. Video yang beredar di Instagram itu telah dipotong menjadi sekitar satu menit pada menit ke-03:15 hingga 03:46. Wawancara tersebut sebenarnya untuk menggali bagaimana Menkes Budi menangani pandemi Covid-19, tantangan mendapatkan dan memberikan vaksin Covid-19 di Indonesia. Dalam video yang dipotong itu, Budi sebenarnya menjawab pertanyaan bagaimana orang Indonesia percaya terhadap kampanye vaksin Covid-19. Budi kemudian menjawab tantangan memberikan vaksin pada populasi di Indonesia: “Not as bad as developed country. I think they are not exposed as developed countries to the negative side of the vaccine, but some of them believe that by their religion that you know actually they can ask God to cure the sickness instead of using vaccines. So is the most difficult point.” Jawaban tersebut jika diterjemahkan menjadi: “Tidak seburuk negara maju. Menurut saya mereka tidak terekspos seperti masyarakat di negara maju lainnya tentang sisi negatif dari vaksin. Tetapi beberapa dari mereka, berdasarkan agama mereka, percaya dapat berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan penyakitnya, daripada menggunakan vaksin. jadi poin itu yang paling sulit,” kata Budi. Dari jawaban tersebut Budi sebenarnya menjelaskan bahwa tantangan pemberian vaksin di Indonesia bukan karena terpapar informasi tentang sisi negatif vaksin, tapi karena ada yang lebih percaya dengan berdoa dapat sembuh dari penyakitnya, ketimbang melalui vaksin. Sehingga klaim dalam teks di Instagram bahwa Budi menjawab keberhasilan vaksin Covid-19 di Indonesia karena doktrin agama adalah tidak akurat. Berikut ini adalah terjemahan jawaban Budi Gunadi dalam wawancara tersebut: Host: Dapatkah kamu menjelaskan bagaimana Indonesia merespon Covid-19, dan apa saja yang telah kamu lakukan untuk menangani krisis? Saya diminta oleh presiden untuk menggantikan Menteri Kesehatan yang sebelumnya. Jadi saya hanya punya waktu tiga tahun sembilan bulan dan beliau hanya meminta saya melakukan dua hal, pertama menangani pandemi, melakukan vaksinasi, dan nomor dua melakukan reformasi sistem kesehatan. Jadi satu tahun enam bulan, saya berfokus untuk mendapatkan akses pada vaksin Covid-19, kami mendapatkan sekitar 2 juta suntikan sehari. Jadi 204 juta masyarakat Indonesia telah mendapatkan vaksin dalam waktu satu tahun enam bulan, setelah berfokus pada memperbaiki sistem layanan kesehatan. Host: Apa tantangan terbesar untuk mendapatkan akses ke vaksin? Tidak ada yang percaya Indonesia bisa bayar, jadi saya dekati semua perusahaan dan mereka cukup kapitalis. Jadi saya ke Cina, saya dapat vaksin pertama dari mereka. Setelah itu Astrazeneca mendekati saya, karena mereka tahu, oh Indonesia bisa membayar. Kita dapatkan dari Astrazeneca dan perusahaan vaksin lain mendekati kami. Tapi setelah itu saya pindah ke GAVI (organisasi internasional untuk memperluas akses terhadap vaksin). Saya menyadari ada sebuah organisasi bernama GAVI, jadi saya mendekati GAVI sehingga kami mendapatkan bantuan setara 1 miliar vaksin. Host: Soal kepercayaan orang pada vaksin, apakah masalahnya ada pada vaksin itu sendiri atau sistem vaksinasinya? Penyedia vaksin itu, mereka hanya memprioritaskan berdasarkan negara yang mampu membayar, jadi itulah yang terjadi. Sehingga negara seperti Singapura bisa mendapat akses ke vaksin lebih cepat. Saya pikir ini secara ilmiah dan etika salah. Anda tahu, jika Anda memberikan vaksin hanya kepada sekelompok negara yang mampu membayar, Anda tidak akan dapat menghentikan penyebaran virus di seluruh dunia. Host: Ceritakan bagaimana orang-orang di Indonesia dan kepercayaan mereka terhadap kampanye vaksinasi? Tidak seburuk negara maju. Menurut saya mereka tidak terekspos seperti masyarakat di negara maju lainnya tentang sisi negatif dari vaksin. Tetapi beberapa dari mereka, berdasarkan agama mereka, mereka percaya dapat berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan penyakit, daripada menggunakan vaksin. jadi poin itu yang paling sulit.. Host: Berapa persen populasi yang mendapatkan vaksinasi? 204 juta dari 280 juta, tetapi anak-anak tidak kita vaksinasi. Untuk vaksinasi pada sekitar 92-93 persen di 17,000 pulau. Dikutip dari laman situs resmi Kementerian Kesehatan, Indonesia berhasil masuk dalam jajaran 5 besar negara dengan jumlah vaksinasi terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. KESIMPULAN Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Menkes Budi menyatakan keberhasilan vaksin di Indonesia karena banyak yang tidak tahu dampak negatif vaksin dan doktrin agama adalah klaim yang sebagian benar. Wawancara Budi Gunadi tersebut menjelaskan tantangan pemberian vaksin di Indonesia bukan karena terpapar informasi tentang sisi negatif vaksin, tapi karena ada yang lebih percaya bahwa dengan berdoa dapat sembuh dari penyakitnya, ketimbang melalui vaksin. Jadi terjemahan aslinya pada pernyataan Budi adalah tidak terkait dengan doktrin agama. TIM CEK FAKTA TEMPO **Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]
schema:mentions
schema:reviewRating
schema:author
schema:inLanguage
  • Indonesian
schema:itemReviewed
Faceted Search & Find service v1.16.115 as of Oct 09 2023


Alternative Linked Data Documents: ODE     Content Formats:   [cxml] [csv]     RDF   [text] [turtle] [ld+json] [rdf+json] [rdf+xml]     ODATA   [atom+xml] [odata+json]     Microdata   [microdata+json] [html]    About   
This material is Open Knowledge   W3C Semantic Web Technology [RDF Data] Valid XHTML + RDFa
OpenLink Virtuoso version 07.20.3238 as of Jul 16 2024, on Linux (x86_64-pc-linux-musl), Single-Server Edition (126 GB total memory, 2 GB memory in use)
Data on this page belongs to its respective rights holders.
Virtuoso Faceted Browser Copyright © 2009-2025 OpenLink Software