schema:text
| - Belum Ada Bukti, Ukraina yang Meledakkan Bendungan Kakhovka
Senin, 12 Juni 2023 19:24 WIB
Sebuah akun facebook mengunggah dua tangkapan layar berita dengan klaim bahwa Ukraina yang meledakkan bendungan Kherson untuk menutupi kegagalan serangan balasan.
Akun tersebut juga menulis, Ukraina menuduh pasukan Rusia menghancurkan bendungan yang berada di wilayah Kherson, pada hari Selasa, pagi hari. Namun Walikota Kherson mengatakan pasukan Ukraina yang menghancurkan bendungan tersebut.
Bendungan tersebut merupakan tempat PLTA Kakhovka. Penghancuran bendungan tersebut untuk mengganggu konsentrasi pasukan Rusia dan pasokan air dan listrik di Krimea. Benarkah Ukraina meledakkan bendungan Kherson? Berikut pemeriksaan faktanya.
Tangkapan layar unggahan dengan klaim Ukraina yang Meledakkan Bendungan Kakhovka
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo menggunakan referensi pemberitaan media kredibel, pernyataan resmi, dan google map.
Dilansir New York Times, Ukraina dan Rusia saling menuduh sebagai penyebab ledakan yang menghancurkan Bendungan Nova Kakhovka. Selama invasi Rusia atas Ukraina, bendungan ini dikuasai Militer Rusia. Ledakan ini terjadi sehari setelah para pejabat AS mengatakan bahwa Ukraina telah memulai serangan balasan ke wilayah yang dikuasai militer Rusia.
Dilansir The Guardian, sebuah ledakan yang menghancurkan bendungan ini terjadi pada pukul 2.50 dini hari waktu setempat pada hari Selasa 6 Juni 2023. Gubernur wilayah Kherson, Oleksandr Prokudin, mengatakan bahwa sekitar 16.000 orang berada di zona ancaman banjir setinggi 3 meter di tepi kanan sungai yang dikuasai Ukraina.
Dilansir laman PBB, warga sedang dievakuasi dengan bus ke kota Kherson dan kemudian dengan kereta api ke Mykolaiv dan kota-kota lain di Ukraina, termasuk Khmelnytskyi, Odessa, Kropyvnytskyi dan Kyiv.
Bendungan Nova Kakhovka
Menurut Guardian, hancurnya bendungan ini membuat Ukraina kehilangan kemampuan menghasilkan listrik tenaga air. Juga mengancam pasokan air ke wilayah Kherson dan Zaporizhzhya serta Krimea. Rusaknya bendungan ini implikasi jangka panjang bagi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang berjarak 1200 km dari hulu.
Dilansir CNN, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengaitkan bencana ini dengan invasi Rusia ke Ukraina, namun belum memiliki hasil verifikasi secara independen. Namun, pejabat NATO percaya bahwa Rusia kemungkinan besar bertanggung jawab atas kehancuran bendungan tersebut, karena hal ini menguntungkan Rusia karena berpotensi menghalangi serangan balasan Ukraina.
Dilansir BBC, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyalahkan Ukraina atas ledakan tersebut. Ia menyebutnya sebagai tindakan "sabotase" yang akan membuat semenanjung Krimea, wilayah yang dianeksasi Rusia sejak 2014 kekurangan air. Namun klaim pihak Ukraina dan Rusia belum diverifikasi oleh pihak independen.
Dua link berita yang disertakan dalam klaim ini, berdasarkan penelusuran Tempo, hanya mengutip sumber dari militer Rusia.
unggahan dengan klaim Ukraina yang Meledakkan Bendungan Kakhovka
Bendungan Nova Kakhovka membelah Sungai Dnipro, terletak sekitar 30 km di sebelah timur kota Kherson, Oblast, Ukraina. Menurut Guardian, bendungan ini dibangun tahun 1956, memiliki tinggi 30 meter dan lebar ratusan meter. Selain berfungsi sebagai reservoir (penampung air), juga menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kakhovka.
Laman Kakhovka Power Plant, PLTA Kakhovka mengontrol aliran sungai Dnipro untuk memasok listrik, irigasi dan pasokan air ke daerah kering di Ukraina selatan serta menghubungkan wilayah Kherson dan Zaporizhzhia. Kakhovka memiliki kapasitas listrik 334,8 MW.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tim Cek Fakta Tempo, unggahan dengan klaim “Ukraina Ledakkan Bendungan Kherson demi Tutupi Kegagalan Serangan Balasan” adalah Belum Ada Bukti.
Ledakan yang menghancurkan bendungan Nova Kakhovka terjadi pada pukul 2.50 dini hari Selasa, 6 Juni 2023. Bendungan ini dikuasai militer Rusia sejak invasi yang dimulai sejak 24 Februari 2023. Hancurnya bendungan ini membuat Ukraine kehilangan kemampuan menghasilkan listrik tenaga air dan menyebabkan banjir setinggi 3 meter.
Sampai saat ini, pihak Rusia saling menuduh sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengaitkan peristiwa ini dengan invasi Rusia ke Ukraina, walaupun belum diverifikasi secara independen.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]
|