About: http://data.cimple.eu/claim-review/7714207a23dc7d8ed55a0a4fd301f1640a2a8c25e184ef3b81b950e7     Goto   Sponge   NotDistinct   Permalink

An Entity of Type : schema:ClaimReview, within Data Space : data.cimple.eu associated with source document(s)

AttributesValues
rdf:type
http://data.cimple...lizedReviewRating
schema:url
schema:text
  • Sebuah video tentang The Great Reset 2030 atau dunia tanpa internet dan listrik pada 2030, diunggah akun media sosial Instagram [arsip] dan Facebook. Narasi pada video menyarankan agar masyarakat mengalihkan aset uang di perbankan dalam bentuk emas dan perak. Video tersebut mengutip potongan siniar Dharma Pongrekun yang menyebut bahwa suatu saat internet di dunia akan dimatikan secara global. Selain video Dharma, juga terdapat pernyataan Ustadz Zulkifli M. Ali yang mengatakan agar dana yang ada di rekening bank agar dialihkan menjadi tabungan emas. “Karena ketika teknologi musnah, hantaman meteor terjadi, uang yang di bank tidak bisa ditarik.” Benarkah lebih baik menyimpan emas dan perak untuk Agenda Reset 2030? PEMERIKSAAN FAKTA Istilah mengenai Great Reset muncul sebagai gagasan pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada bulan Juni 2020 di Davos, Swiss. Namun istilah ini kemudian dengan cepat menjadi teori konspirasi. Padahal WEF menyebut, gagasan Great Reset berpaku pada tiga hal yaitu akan mengarahkan pasar menuju hasil yang lebih adil, memastikan bahwa investasi memajukan tujuan bersama, dan memanfaatkan inovasi Revolusi Industri. Dikutip dari BBC, saat itu, Pangeran Wales dan pimpinan pertemuan menyerukan agar pandemi dilihat sebagai peluang untuk apa yang mereka sebut sebagai Great Reset ekonomi global. Pendiri inisiatif ini lainnya adalah Prof Klaus Schwab, kepala WEF, yang berbicara tentang "pajak kekayaan" dan mengakhiri subsidi bahan bakar fosil. Namun cakupannya sangat luas, meliputi teknologi, perubahan iklim, masa depan pekerjaan, keamanan internasional, dan tema-tema lainnya, dan sulit untuk melihat dengan tepat apa yang dimaksud dengan Great Reset dalam praktiknya. Proposal tersebut, beserta WEF sendiri, menghadapi kritik yang sah dari berbagai sumber, menurut BBC. Tokoh politik konservatif dan media massa menuduh organisasi tersebut mendorong kebijakan lingkungan yang akan merugikan ekonomi. Ketidakjelasan dari konsep Great Reset dan kritik yang mengalir tersebut, melahirkan teori konspirasi yang tidak berbasis fakta dan menyesatkan, seperti menghubungkan pandemi Covid-19 hasil rekayasa sebagai agenda Great Reset. Tahun 2030 dihubungkan sebagai waktu terjadinya Great Reset, yang sebenarnya tidak pernah disebut oleh World Economic Forum. Tahun 2030 sebenarnya merujuk pada pada Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda 2030 diadopsi oleh semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015, menyediakan cetak biru bersama untuk perdamaian dan kesejahteraan bagi manusia dan planet ini, sekarang dan di masa depan. Teori konspirasi baru soal Great Reset Setelah pandemi, narasi bahwa dunia tanpa listrik dan internet sebagai agenda Great Reset 2030 menjadi teori konspirasi baru. Dosen Binus University Dr. Moch. Doddy Ariefianto, mengatakan bahwa mematikan internet secara global tidak mungkin terjadi karena jaringan internet tidak dikuasai oleh entitas tunggal. Meski mematikan atau membatasi internet bisa dilakukan oleh masing-masing negara, akan tetapi mematikan jaringan internet secara global adalah mustahil. “Tersedianya internet merupakan ruangan-ruangan yang dibangun secara kolektif oleh jutaan pelaku,” kata Doddy dihubungi Tempo pada 7 Februari 2025. Sedangkan anjuran untuk meninggalkan uang, dan mengganti dengan tabungan emas dan perak, kata Doddy, tidak berdasarkan data. Sebab sistem keuangan saat ini sudah mapan dan teruji ribuan tahun. Mengganti sistem uang dengan emas dan perak juga tidak berkaitan dengan Great Reset. Menurut Doddy, emas menjadi aset yang bebas resiko, yang akan diburu saat kondisi ekonomi atau politik yang tidak pasti. Akan tetapi, hanya mengandalkan investasi pada emas, juga beresiko. “Salah satu prinsip lain dari investasi adalah portofolio. Jadi kita menyebarkan, jangan taruh telur semua dalam satu keranjang, begitu filosofinya. Kita punya saham, kita punya obligasi, kita punya deposito, kita punya emas,” katanya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim lebih baik menyimpan emas dan perak untuk Agenda Reset 2030 adalah keliru. TIM CEK FAKTA TEMPO **Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]
schema:mentions
schema:reviewRating
schema:author
schema:inLanguage
  • Indonesian
schema:itemReviewed
Faceted Search & Find service v1.16.115 as of Oct 09 2023


Alternative Linked Data Documents: ODE     Content Formats:   [cxml] [csv]     RDF   [text] [turtle] [ld+json] [rdf+json] [rdf+xml]     ODATA   [atom+xml] [odata+json]     Microdata   [microdata+json] [html]    About   
This material is Open Knowledge   W3C Semantic Web Technology [RDF Data] Valid XHTML + RDFa
OpenLink Virtuoso version 07.20.3238 as of Jul 16 2024, on Linux (x86_64-pc-linux-musl), Single-Server Edition (126 GB total memory, 5 GB memory in use)
Data on this page belongs to its respective rights holders.
Virtuoso Faceted Browser Copyright © 2009-2025 OpenLink Software